Rabu, 24 Februari 2010

Tentang Sikap Egois

------ STORY--------


Suatu ketika di dalam hutan rimba yang lebat, hidup seekor monyet yang mendiami sebuah pohon yang ditumbuhi buah-buahan. Saat itu sedang musim kemarau yang membuat banyak hewan yang kekurangan makanan. Monyet ini yang mempunyai banyak persediaan makanan makan dengan lahapnya. Semua buah yang ada di pohon itu dia makan sendiri. Saat si monyet sedang makan dengan asiknya, datanglah seekor tupai meminta makanan padanya. Tapi dengan kasarnya si monyet mengejek dan melempar biji dan sisa-sisa buah yang sudah dimakan olehnya ke si tupai. Tupai pun pergi dengan pikiran sedih dan perut lapar. Kemudian datang seekor rusa yang meminta beberapa buah untuk anaknya. Si monyet pun mengejek dan mengusir rusa itu. Rusa pun pergi dengan kecewa. Setelah rusa itu pergi, monyet melanjutkan makannya, tiba-tiba muncul teman si monyet yaitu monkey. Monkey yang sudah kelaparan sekali meminta makan kepada sahabat baiknya itu. Monyet tertawa dan mengejek serta mengusir si monkey. Monkey yang merasa dikhianati padahal dia adalah sahabatnya pun pergi dengan perasaan geram.



Beberapa hari kemudian, persediaan makanan si monyet pun habis. Dia turun dari pohon untuk mencari makanan. Di tengah jalan, dia berjumpa dengan si tupai yang membawa buah dan biji-bijian. Monyet yang sudah kelaparan meminta beberapa makanan pada tupai. Namun tupai melempari si monyet dengan kerikil. Monyet pun lari tunggang langgang. Setelah cukup jauh, monyet berjumpa dengan si rusa dengan anak-anaknya yang sedang makan dengan lahapnya. Si monyet pun meminta makanannya padanya. Tapi si rusa memaki monyet kemudian menendangnya sehingga monyet jatuh kesakitan. Monyet sedih sekali dengan perlakuan yang didapatnya. Si monyet pun teringat pada sahabatnya yaitu si monkey. Dia pergi ke pohon monkey. Dilihatnya si monkey sedang makan buah-buahan. Monyet pun meratap meminta makanan pada si monkey. Monkey yang melihat hal itu hanya bisa tertawa dan menyuruhnya pergi. Monyet pun pergi dengan perasaan yang sakit hati, dia menyesal atas apa yang dia lakukan di masa lalu. Saat sedang berjalan dengan gontainya, tiba-tiba dari semak muncul seekor macan yang langsung menerkam si monyet. Monyet pun menemui ajalnya dengan menjadi santapan si macan.



----- WRITER’S POV-----


Guys, cerita di atas cukup panjang yah, jadi harap bacanya dengan sabar dan semoga cerita di atas menarik. Karena writer jg masih belajar nih buat jd seorang penulis mohon bantuannya dari teman-teman semua.


guys. Makna apa sih yang bisa kita ambil dari cerita di atas?

Nah, sekarang saya bocorkan deh apa sih tema tulisan saya kali ini.


Temanya adalah “Selfishness brings more badness than kindness” atau “Sikap egois atau mementingkan diri sendiri akan membawa lebih banyak keburukan dari pada kebaikan”.


Guys, jika kita melihat dari sisi si monyet yang hanya mau mendapatkan kenyamanan, dia juga tidak mau membaginya pada teman-temannya yang membutuhkan, itu merupakan suatu sikap egois yang tidak mau peduli apa lingkungan sekitarnya. Dia hanya mau keinginan sendirinya terpenuhi tanpa mau peduli pada keinginan orang lain.


Guys, di kehidupan kita sehari-hari, kita pasti banyak membuat keputusan-keputusan yang akan berpengaruh pada orang lain di sekitar kita. Apalagi jika kita menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus mampu mengatur semua kerja anak buahnya dengan keputusan-keputusan yang dia buat, dia pun memegang kekuasaan yang mutlak pula. Tapi apakah dia bisa membuat keputusan dengan seenak dirinya? Jika seorang pemimpin sudah membuat sebuah keputusan hanya sesuai dengan keinginan dia sendiri tanpa merundingkannya pada wakil-wakil anak buahnya, tentu akan menjadi sebuah polemik. Jika ada anak buah yang memberontak karena tidak setuju pada keputusan yang tiba-tiba dikeluarkan tanpa mereka ketahui, tentu saja akan membuat semuanya menjadi kacau.


Sikap mementingkan diri sendiri seperti pisau bermata dua yang bisa melukai orang lain dan diri sendiri. Keegoisan diri kita tidak hanya berpengaruh pada diri sendiri, namun juga orang lain. Karena itu, kita harus mampu empati kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Pikirkan sebelum melakukan suatu tindakan.


Apakah kita tidak boleh egois sama sekali? Tentu saja kita boleh egois. Kita pun membutuhkan keegoisan diri kita. Egois tidak selalu buruk. Sekali lagi saya bilang keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi apa yang ada di sekitar kita.


Misalnya saja saat anda mendapat suatu tugas. Anda mengerjakan tugas-tugas tersebut secara berkelompok. Anda adalah pemimpin dari kelompok tersebut, kita andaikan anda paling lihai dalam tema tugas yang diberikan pada anda, sedangkan teman-teman anda tidak mengerti sama sekali dengan apa yang harus dilakukan dalam tugas ini. Anda harus bersikap cukup egois untuk mengambil alih sebagian besar tugas teman-teman anda. Sikap egois seperti ini mungkin dapat menyelamatkan anda dan tugas anda dapat terselesaikan. Tentu saja dengan cara seperti ini tugas anda akan selesai. Hal seperti ini tidaklah buruk bukan? Walau teman-teman anda dapat lebih santai karena tidak mengerjakan apa-apa dan anda sudah ngos-ngosan setelah mengerjakan tugas itu tapi tugas anda dapat terselesaikan, bukan begitu?


Kita tidak bisa melakukan semua sendiri dan ingin menyuruh orang lain melakukan segala hal sesuai dengan kehendak kita. Kita adalah makhluk sosial yang tidak dapat melakukan semua sendiri. Kita pun tidak sempurna, seberapapun kehebatan kita, kita tidak akan hebat tanpa bantuan orang lain, setuju?


Karena itu, mulai sekarang kita harus mampu memikirkan keputusan tidak hanya kepentingan kita sendiri, namun juga kepada kepentingan orang banyak. Kita harus tahu apakah kebijakan kita akan berpengaruh baik pada orang banyak. Jika kita pemimpin, Kita pun harus tahu kebijakan kita ini tidak berat dan mampu dilakukan oleh orang lain.


Keegoisan adalah seperti halnya koin bermata 2. Akan ada baik dan buruknya. Keburukan akan lebih banyak didapat dari rasa egois kita. Tidak hanya bagi diri kita, tapi bagi orang lain pula. Namun tentu saja egois bisa jadi baik jika kita bisa menempati keegoisan kita secara tepat. Tapi akan jauh lebih baik jika kita bisa saling bekerja sama dan tidak egois. Karena kita adalah makhluk sosial yang selalu berdampingan dengan manusia lain.


Semoga keegoisan kita tidak menguasai diri kita sehingga kita pun dapat hidup berdampingan dengan damai, saling bekerja sama, dan tentu saja akan membuat hidup kita lebih menyenangkan.


“Place your selfishness at the right place, don’t ever place your selfishness everywhere you be. Show your empathy and try to welcome people, they will be your weapon to make your life better, not yourself and not your selfishness. This life will be more beautiful when we through it together"

----- Writer-----





Ini adalah post blog pertama saya.

saya mohon kritik dan saran agar post saya berikutnya akan lebih baik lagi.


(Buat tgz CB.. Mgkn agak tidak nyambung dgn tema dari CB kemarin.. Tp ini merupakan suatu bentuk refleksi lain saja suatu kata yang saya tangkap dari slide CB kemarin.. Thx buat Bu Eleonora )